Saturday, June 6, 2009

d' sicrid guardian angel (part IV)

Hanya Ario..Ario..dan Ario. Hanya nama itu yang menghiasi pikiran Aira di tahun pertamanya di SMA. Tapi Aira juga membenarkan bahwa masa SMA itu juga menyenangkan. Ia merasa lebih di beri kebebasan oleh ke dua orang tuanya. Terlebih, meskipun sudah berbeda sekolah dengan Gress dan Kla, Aira masih sering berkumpul dengan ke 4 sahabat terdekatnya. 5 orang cewek yang terkumpul dalam 1 genk itu, masih sering jalan ber 5. Dan kabar baiknya Dea dan Hanni masuk 1 sekolah dengan Aira.
"Udah lah Ay,, lo liat deh, gue sama Gress. Lu ngga ngiri apa ? liat gue sama Gress nikmatin hidup ?" tanya Hanni ketika Aira dan Dea main ke kelasnya. "Gue nikmatin hidup ko.. ni liat gue senyuumm.. tuh kan ??" jawab Aira polos.
"Udah deh lu ngga usah masang senyum maksa gitu., Gue tau kok Ay,, lu belum bisa lupain Ario kan ? Malah, waktu Vino nembak lu, lu ga terima.. Padahal,, lu sama Vino kan juga udah deket.. Ay,, mu sampe kapan sih lu kayak gini ?? Bentar lagi, lu kelas 2,, Jangan bilang sama gue, lu ngga bakal pacaran gara gara Ario ?? Ay.. pake logika lu dong.. "
"logika ??"
"iya, pake logika lu... lu masih 2 tahun lagi di sini. Dan jangan sampe lu nyia2 in masa SMA lu cuma gara gara dia ! Dia yang belum tentu di luar sana, mikirin lu, dia yang belum tentu masih inget sama lu,, coba ? udah 1 tahunan dia ga ngehubungin lu lagi.." ucap Hanni. Dia antara mereka bertiga, memang Hanni lah yang paling dewasa. Hanni juga yang biasa di jadikan tempat curhat oleh Aira dan Dea.
"iya sih..Tapi gue sendiri juga ngga tau, sampe kapan gue terjebak kaya gini,,Kalo kayak gini terus, mendingan dia bilang aja sama gue, ngga pengen liat gue lagi, nyakitin gue aja sekalian,, biar gue bisa lupain dia. Gue sakit, tapi gue punya alesan buat lupain dia.." jawab Aira jujur.
Ya. Memang itu yang Aira rasakan. Ario, sang guardian angelnya, mengilang dan meninggalkan sebuah ketidakpastian satu tahun lalu.
Sampai akhirnya Aira menduduki bangku kelas 11 di tahun ke duanya di SMP. Dan beberapa minggu setelah itu,,
"Ay,, i..itu..itu kan Ario.. Ya ampuun,, ngga banget deh.." ucap Dea antusias.
"Ay.. gila, Ario beda banget.." tambah Hanni.
"Arioo.." desis Aira pelan.
Ya. Ario. Memang Ario yang mereka lihat. Ario dalam sosok yang lain. Ario yang mengalami perubahan 180 derajat. Ario yang sedang tertawa lebar. Tawa yang dulu jarang terlihat di wajah dinginnya. Perubahan style, perilaku, dan berbagai perubahan lainnya, yang membuat Aira tidak lagi mengenal cowok itu. Cowok yang selama ini hadir di setiap malam di mimpinya. Cowok yang membuat Aira mengunci rapat hatinya, hanya untuk Ario. Terlebih saat Aira melihat seorang cewek cantik yang ada di samping Ario. Cewek cantik yang sedang merangkul Ario mesra itu, mungkin pacarnya.
"Jadi ini yang dia bilang serius belajar ?!! Jadi ini balesan dari penantian gue satu tahun ini !! Airaaa.. lu beg* banget sih,, bisa bisa nya lu nunggu cowok yang bahakan mungkin dalam 1 tahun ini ngga pernah mikirin lu. Lu liat dia sekarang ??!! Dia lupa sama lo. . Gue, dengan kebodohan gue, nganggep dia guardian angel gue.. gue benci Arioooo.." ucapnya dalam hati, di iringi tangis yang pecah ketika ia menuju rumah. Kepastian memang sudah datang. Tapi kepastian itu datang dan terbungkus dengan sebuah kenyataan menyakitkan. Terutama untuk Aira. Yang mungkin butuh waktu lama, untuk bisa membuka hatinya lagi.

@ @ @
Aira's diary
3 Maret 2008

patung es itu kini tlah mencair,
patung es itu kehilangan dinginnya,
kehilangan kilaunya
dan kehilangan beningnya,

waktu telah mengubah es dingin itu,
tak lagi seindah dulu,
tak lagi sedingin dulu,
panas telah menjadi kawannya kini,

aku tak lagi mengenal patung es itu,
memoriku tercabik.
hancur berantakan.
terpecah, hingga aku tak ingin lagi mengenangnya.

bebrapa tahun aku menjaga patung es itu,
berharap suatu saat akupun jadi es seperti dia,
aku merasakan dinginnya tubuhnya,
begitu dingin dan sangat menjagaku.

tapi penantianku selesai.
saat patung es itu mencair,
merubah segalanya,
hingga ku akui, aku tak lagi menginginkanya,

aku memang hanya air,
air bening yang jauh dari kesempurnaan,
hanya setetes,
ya. 1 tetes air bening tak berharga.

tapi detik ini aku masih bertanya,
mengapa patung es ku mencair ?
mengapa ia berubah, hingga akupun tak mempercayai bahwa dia adalh patung es ku,
patung es yang dulu serng membuatku tertawa,
patung es yang dulu menjagaku,
patung es yang selalu berhasil membuatku tersipu malu,
dengan dinginnya,
dngan tetesan air yang jatuh dari tubuhnya,
begitu dingin,

hingga suatu saat, aku tak lagi menemukannya di sudut ruangan hatiku.
dia pergi.
ya. dia memang pergi.
meninggalkan sedikit ketidakpastian yang menggantung di dinding2 hatiku.

semuanya terjawab.
saat aku menemukannya dalam sosok yang lain,
dalam rupa yang lain,
dalam kesejukan yang lain,
hingga aku tidak mengenalnya.
1 jengkalpun.
patung es ku telah berubah menjadi butiran air buram
yang tidak lagi memiliki beningnya,
dan juga kehilangan dinginnya.
bahkan,
tak ada lagi yang menginginkan patung es ku,
seperti dulu.

jika saja,
dia tidak katakan siapa dirinya,
mungkin aku tak akan percaya,
bahwa dia patung es ku.
Yg dulu bersamaku

patung es ku kini berubah,
menjadi titik titik air buram,
yang sekarang menjadi penjaga titik titik air lain.
bukan aku.
Ya. Bukan aku yang sejak dulu menunggunya,
Dengan sabar,
Penuh penantian,
Sampai2 titik2 air seperti ku berharap,
Bhwa suatu saat nanti,
akan berubah mejadi patung es berkilau seperti dia

anggap saja.
patung es ku memang sudah tiada.
mati termakan waktu.
mati dan tak bisa lagi ku miliki.
berharap suatu saat nanti,
akan ada patung es lain,
yang terkunci rapi, di sudut hatiku.

Aira Nevachirra

@ @ @

Ya. Sudah 2 bulan sejak tragedi menyakitkan itu. Dan besok sudah hari pertamanya di kelas 11. Perlahan tapi pasti, luka itu mengering. Meskipun sedikit menyakitkan, setidaknya Aira sudah punya keputusan untuk melupakan Ario. Meskipun bayang bayang cowok itu masih tersisa di pikirannya. Cepat atau lambat, Ario memang harus pergi. Aira juga sudah bisa membuktikan, bahwa tanpa Ario satu tahun ini, ia bisa menjalani hidupnya, tanpa 'sang malaikat penjaga itu'.
"Ay,, lu nebeng sama Ivan aaja ya. Ntar gue cari tebengan lain.." kata Hanni pelan. Ya. Sebuah kebahagiaan lain, di kelas 11 ini, Hanni dan Aira bisa kembali dalam 1 kelas. Seperti kelas 8 dulu.
"Oke.. ntar kita ketemu di restorannya aja ya.." jawab Aira. Ya. Aira memang sudah bisa menata hatinya lagi. Meski kini, kunci hatinya sudah hilang, bahkan mungkin patah tak terganti. Kalaupun benar benar hilang, mungkin hilang dan terbuang di dasar jurang. Dan kini tugas Aira hanya menunggu seseorang mengambil kunci itu, dan mengetuk hatinya. Dan menemui Aira di belakang pintu itu.

@ @ @

Aira's Diary
25 Mei 2008

Kemaren, gue dengerin lagu. Dari hapenya Hanni. Dan ngga tau kenapa, gue suka lagu itu. Lagunya Vidi, nunjukkin keadaan gue banget. Dan lewat lagu itu, juga kaya' seolah2 kasih pesen buat gue, kalo gue harus buka hati gue lagi..
"Apa saja yang membuatmu bahagia
Telah ku lakukan untukmu
Demi mengharapkan cintamu
Kini ku bagai menanti
Datangnya pelangi
Di malam hari yang sepi
Ku sadari yang telah ku lakukan
Membuat hatimu terpenjara
Dan tak kuasa ku membukanya
Walau seluruh dayaku ingin bersamamu
Kunci hatimu patah tak terganti

Reff :
Cinta tak harus memiliki
Tak harus menyakiti
Cintaku tak harus mati
Oh cinta
Tak harus bersama
Tak harus menyentuhmu
Membiarkan dirimu dalam bahagia
Walau tak disampingku
Itu ketulusan cintaku"

by Vidi Aldiano

Aira Nevachirra.

@ @ @

PS: Ceritanya belum selesai loh, rencananya mau gue bikin sampe part V. Maaf yah, kalo dalam "tanggal*nya" gue salah. Soalnya gue paling males nginget nginget tanggal kalo lagi nulis cerpen. Jadi, klo nulis tanggal yan semau gue aja. Oia, satu lagi, itu lagunya Vidi Aldiano yang gue tampilin, sebenernya baru jadi tahun 2009. . :D

penulis,

No comments:

Post a Comment